Koalisi Di Atas Kertas, Manuver di Bawah Meja: Drama Syarif Fasha Ketua DPW Nasdem Jambi

Sabtu, 9 November 2024 - 23:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Armando Mahasiswa Ilmu Politik Univeristas Jambi

Armando Mahasiswa Ilmu Politik Univeristas Jambi

OPINI – Di tengah suasana Pilkada Jambi yang seharusnya menjadi ajang unjuk komitmen dan kesetiaan, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasdem Provinsi Jambi tampaknya menunjukkan sikap yang menciptakan kebingungan besar.

 

Bukannya mendukung pasangan calon gubernur yang telah disepakati dan diusung oleh DPP Nasdem Romi-Sudirman, ketua DPW justru terkesan “diam-diam” mendukung pasangan calon lain di luar koalisi resmi partainya.

 

Dalam kacamata mahasiswa ilmu politik, tindakan ini lebih dari sekadar pilihan pribadi ini adalah gambaran nyata tentang loyalitas yang lemah dan prinsip partai yang mudah diabaikan.

 

Ketika partai nasdem membuat keputusan untuk mendukung pasangan Romi-Sudirman, keputusan itu tidak muncul dari ruang kosong pastinya. Nasdem juga mampu menjadi “Rising Star” karena nasdem Jambi mampu keluar dari rayuan koalisi yang sangat besar bahkan menyisakan partai nasdem sendiri di parlemen, kalau kita hitung jumlah kursi dari 55 di DPRD Provinsi Jambi hanya menyisakan 5 kursi dengan ini nasdem mampu menjadi bagian dari penyelamat demokrasi di Jambi karena pupus sudah skema lawan kotak kosong yang dibuat oleh petahana.

 

Nasdem serta beberapa partai non parlemen pastinya dengan keputusan ini lahir dari kajian panjang, pertimbangan politik yang matang, dan yang terpenting, dari keinginan untuk memberikan arah yang jelas bagi seluruh struktur partai.

Baca juga:  Romi - Sudirman Akan Lantik Tim Sukses Kabupaten Merangin dan 25 Tim Sayap

 

Namun entah kenapa, Ketua DPW Nasdem Jambi Syarif Fasha tampaknya memiliki agenda sendiri, yang tak sejalan dengan garis besar partainya. Sikap ini seperti mengatakan, “Keputusan DPP hanya formalitas, saya punya rencana sendiri.”

 

Dalam beberapa kesempatan yang seharusnya menjadi ajang untuk memperkenalkan paslon dari partai nasdem tetapi ketua DPW Syarif Fasha Sebagai ketua DPW malah mengundang paslon lain yang bukan dari partai nasdem dan koalisinya, seperti kegiatan selamatan atas terpilihnya beliau sebagai anggota DPR RI malah menghadirkan dan memperkenalkan calon gubernur yang bukan dari koalisinya, perlu juga diingat terpilihnya ketua DPW nasdem Syarif Fasha sebagai anggota DPR RI bukan hanya kerja keras beliau saja tetapi bagaimana kerja keras DPD Nasdem kabupaten/kota masing-masing dan terpilihnya beliau juga di bantu oleh suara 7 caleg DPR RI yang lainnya dari partai nasdem.

 

Dalam kacamata mahasiswa ilmu politik, sikap seperti ini mengundang pertanyaan mendasar tentang bagaimana loyalitas dalam partai politik dijalankan di tingkat daerah.

 

Ketua DPW seharusnya menjadi tokoh utama yang memastikan bahwa seluruh kader di wilayahnya berjalan sesuai arahan pusat. Alih-alih menunjukkan dukungan aktif pada calon yang diusung Nasdem, ketua DPW ini justru terlihat lebih aktif dalam mendukung pasangan lain. Ini menunjukkan adanya kontradiksi besar antara komitmen yang seharusnya dijaga dan kepentingan yang dijalankan.

Baca juga:  **Romi Hariyanto, Sang Nahkoda Tegar di Tengah Badai Politik Jambi**

 

Anehnya juga ketua DPW partai nasdem Syarif Fasha tidak juga komit dalam memenangkan paslon yang di usung oleh koalisi partainya walaupun setelah Wakil Ketua Umum (Waketum) NasDem Saan Mustopa bersama Ketua Bappilu, Prananda Surya Paloh hadir di Jambi, Ketua Bappilu sempat berpesan “Kita harus saling menjaga kekompakan, saling bahu-membahu, dan saling menolong satu sama lain,” ujar Prananda, dikutip Sabtu, 26 Oktober 2024.

 

Jika loyalitas partai bisa dikesampingkan dan keputusan pusat dianggap sekadar “arahan”, lalu di mana arti dari solidaritas dan kesatuan yang selama ini diusung partai politik? Ketua DPW yang secara terang-terangan mendukung calon di luar koalisi partainya, secara tidak langsung mengirim pesan bahwa loyalitas pada partai adalah hal yang relatif, bisa diterima atau ditolak tergantung pada keuntungan pribadi atau afiliasi lainnya.

 

Hal ini bukan hanya merugikan Partai Nasdem sebagai institusi, tetapi juga mengancam kepercayaan publik terhadap partai tersebut di tingkat lokal.

 

Dalam politik, tindakan Ketua DPW ini adalah bentuk dari oportunisme politik yang membahayakan. Publik yang melihat seorang pimpinan partai bertindak berlawanan dengan keputusan partai pasti akan mempertanyakan: jika Ketua DPW saja tidak taat pada keputusan DPP, bagaimana dengan struktur di bawahnya? Situasi ini menciptakan kesan bahwa Nasdem tidak mampu mengendalikan dan menjaga kedisiplinan di dalam tubuhnya sendiri.

Baca juga:  Analisis Pengamat Komunikasi Politik: Head to Head Dillah-MT vs Laza-Aris di Pilkada Tanjab Timur

 

Jika Partai Nasdem tidak segera menindaklanjuti tindakan ini dengan tegas, mereka hanya akan membuka peluang bagi kader-kader lain untuk melakukan hal yang sama. Pada akhirnya, tanpa ketegasan dari pusat, Nasdem akan terjebak dalam konflik kepentingan internal yang hanya akan merugikan partai di mata publik. Partai yang tak mampu mengendalikan struktur di bawahnya akan tampak rapuh dan kehilangan arah, karena setiap kader merasa bebas menentukan langkahnya sendiri tanpa mempedulikan keputusan bersama.

 

Bagi kami mahasiswa ilmu politik, kasus ini adalah cermin tentang betapa pentingnya konsistensi dan disiplin dalam partai politik. Tanpa komitmen yang kuat, partai akan kehilangan makna dan berubah menjadi sekadar kendaraan yang penuh kepentingan pribadi, tindakan ini mencerminkan budaya pragmatisme dan kepentingan jangka pendek yang sangat berbahaya dalam partai politik.

 

Loyalitas, yang seharusnya menjadi prinsip dasar, seolah menjadi barang dagangan yang bisa dipertukarkan sesuai dengan keuntungan politik pribadi. Partai Nasdem harus segera bersikap tegas apakah mereka akan menjadi partai yang konsisten pada prinsip, atau hanya panggung bagi para oportunis yang setia pada partai hanya ketika menguntungkan?

 

Penulis: Armando Mahasiswa Ilmu Politik Univeristas Jambi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari.

Berita Terkait

HMI Komisariat (P) Kehutanan menanggapi cuaca ekstrim di Provinsi Jambi
Analisis Pengamat Komunikasi Politik: Head to Head Dillah-MT vs Laza-Aris di Pilkada Tanjab Timur
**Romi Hariyanto, Sang Nahkoda Tegar di Tengah Badai Politik Jambi**
Pilkada Kerinci Masih abu abu: Antusiasme Pendukung Di Tengah Ketidakpastian, Siapakah Yang Akan Berlayar?
Pasangan AZFAR Pilihan Paling Logis Anak Muda Sungai Penuh
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 4 November 2024 - 17:11 WIB

Masuk dalam Tahap DED, Tahun Depan Lapangan Semagor Akan Dipercantik

Sabtu, 5 Oktober 2024 - 15:27 WIB

HUT TNI ke-79, Ratusan Karangan Bunga Hiasi Makodim 0416/Bute

Jumat, 27 September 2024 - 13:18 WIB

Bupati Mashuri Kukuhkan Ratusan Pejabat Di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Bungo

Senin, 12 Agustus 2024 - 15:54 WIB

Masyarakat Dusun Padukun Demo Didepan Kantor Bupati Bungo, Terkait Dugaan Kades Korupsi 207 Juta

Minggu, 4 Agustus 2024 - 18:14 WIB

ULP Rimbo Bujang Melaksanakan Program GOES’R, Bayu M. Fauzi : Komitmen Kami Dalam Peningkatan Pelayanan

Berita Terbaru

POLITIK

PKS Flashmob Serentak, All Out Menangkan Agus-Nazar

Minggu, 17 Nov 2024 - 20:31 WIB